Peningkatan Produktivitas Tanaman Kakao dengan Teknik Sambung Samping
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.)
adalah tanaman perkebunan yang berasal dari Amerika Selatan, namun sekarang ditanam di berbagai kawasan tropika. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Cokelat saat ini
sudah hampir menjadi kebutuhan banyak orang. Setiap makanan dan minuman yang
kita santap sehari-hari, sedikit banyak mengandung cokelat. Tak hanya makanan
dan minuman, cokelat juga mulai merambah dunia farmasi dan kosmetik atau
kecantikan.
Kakao pertama kali dikenalkan di
Indonesia oleh seorang yang berasal dari spanyol di wilayah Minahasa, Sulawesi
Utara. Kakao atau dalam nama latin Theobroma Cacao L, merupakan salah
satu tumbuhan yang cocok dengan kultur tanah serta iklim yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, kakao
kini terus berkembang dan hampir dibudidayakan di seluruh wilayah di Indonesia
diantaranya di wilayah Maluku, Kalimantan, dan Irian Jaya. Budidaya tanaman
kakao ini dilakukan baik dalam skala perkebunan swasta, perkebunan pemerintah
maupun perkebunanan milik perorangan (petani kakao).
Indonesia
merupakan negara produsen kakao ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading
dan Ghana. Pasar ekspor produk kakao berupa cocoa butter antara lain Amerika
Serikat dan Eropa, sementara untuk cocoa powder atau bubuk cokelat untuk pasar
Asia Pasifik seperti Malaysia, Thailand, Tiongkok, India dan Jepang.
Permasalahan
kali ini ialah produktivitas kakao beberapa dekade ini menurun, padahal
Indonesia berpeluang sangat besar untuk bisa menjadi produsen kakao nomer satu,
dilihat dari kepemilikan luas lahan areal perkebunan kakao di Indonesia. Salah
satu faktor penyebab rendahnya produktivitas kakao adalah umur tanaman yang
sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi. Hasil penelitian menunjukkan
tanaman kakao produktivitasnya mulai menurun setelah umur 15 -20 tahun, dimana
umumnya memiliki produktivitas yang hanya tinggal setengah dari potensi
produktivitasnya. Kondisi ini berarti bahwa tanaman kakao yang sudah tua
potensi produktivitasnya rendah sehingga perlu dilakukan rehabilitasi.
Teknik
sambung samping lebih dipilih petani daripada mengganti tanamannya dengan bibit
baru karena mereka menganggap tanaman kakaonya masih dapat menghasilkan buah
walaupun jumlahnya sedikit. Sasaran rehabilitasi adalah tanaman kakao yang
telah cukup tua (lebih dari 10 tahun) dan kurang produktif. Tanaman kakao berumur
25 tahun produktivitasnya akan menurun 50% dari potensi produksinya. Dengan
teknik sambung samping, petani masih dapat memanen buah kakao dari batang bawah
selama batang atasnya belum berbuah. Tanaman hasil sambung samping mulai dapat
dipetik buahnya pada umur 18 bulan setelah disambung, dan pada umur 3 tahun
mampu menghasilkan 15−22 buah/pohon.
Upaya
rehabilitasi tanaman kakao untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi
produktivitas dan salah satunya dilakukan dengan teknologi sambung samping
(side grafting). Perbanyakan dengan teknik sambung samping memiliki kelebihan
antara lain hasil cepat diperoleh, pertumbuhan bibit memiliki vigor yang baik,
dan serangan hama dan penyakit relatif rendah. Disamping itu penggunaan bahan
tanam vegetatif yang berasal dari klon-klon kakao yang sudah teruji
keunggulannya akan lebih menjamin produktivitas dan kualitas biji kakao yang
dihasilkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu rehabilitasi
kakao dengan teknik sambung samping?
2.
Bagaimana cara
rehabilitasi kakao dengan teknik sambung samping?
3.
Apa keuntungan
rehabilitasi kakao dengan teknik sambung samping?
C. Tujuan
1.
Agar
mahasiswa dapat memahami teknik sambung samping pada tanaman kakao.
2.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui cara teknik sambung samping pada tanaman kakao.
3.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui keuntungan dari teknik sambung samping pada tanaman kakao.
BAB
II
ISI
A.
Tanaman
Kakao
Klasifikasi Tanaman Kakao :
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma
cacao L.
Lingkungan yang alami
bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan, suhu,
kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas
penyebaran tanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚
LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU
dan 10˚ LS
Tanaman
kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan persediaan air yang
cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air hujan atau air
siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar
antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata sepanjang
tahun. Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata sepanjang
tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan.
Suhu
yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan
fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata suhu minimum adalah 13 - 21˚
C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C. Berdasarkan kesesuaian
terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial sangat baik
dikembangkan di daerah tropis salah satunya di Indonesia.
B. Mengenal Teknik Sambung Samping
Sambung
samping tanaman kakao adalah teknik menyambungkan batang atas (entres)
yang diperoleh dari tanaman induk unggul ke batang bawah tanaman kakao yang
memiliki produktivitas rendah. Sambung samping dilakukan untuk meningkatkan
jumlah produksi buah kakao dari tanaman yang sebelumnya berbuah sangat sedikit.
Dengan sambung samping kita dapat memperbaiki produktivitas kebun kakao tanpa
harus melakukan pembongkaran dan replanting terhadap tanaman yang sudah ada.
Entres
dipilih dari klon yang produktivitasnya tinggi dan tahan terhadap hama
penggerek buah kakao (PBK). Dalam waktu 1-2 tahun, tanaman sudah berbuah, lebih
cepat dibandingkan dengan peremajaan
menggunakan bibit yang mem-butuhkan waktu hingga tiga tahun bagi tanaman untuk
mulai berbuah. Biasanya petani menyambungkan 1-3 entres pada satu tanaman tua.
Teknologi sambung samping mula- mula dikembangkan di Malaysia (Depart- ment of
Agriculture Sabah 1993). Setelah mengalami penyempurnaan, teknologi tersebut
kini sudah banyak diterapkan oleh petani di Indonesia. Sama dengan teknik
perbanyakan vegetatif lainnya, seperti cangkok dan okulasi, sambung samping
merupakan gabungan antara keterampilan, seni, dan ketekunan dan ternyata teknik
ini mudah dilaksanakan di tingkat petani.
C.
Teknik
Sambung Samping
1. Alat dan
bahan
Alat dan
bahan yang digunakan antaralain :
a.
pisau okulasi yang tajam agar potongan rapih dan mudah
dilakukan idealnya memiliki satu sisi tajam saja, sehingga dapat digunakan oleh
tangan kanan atau kiri. Pisau harus dalam kondisi bersih untuk menghindari
penyakit yang mungkin melekat pada pisau tersebut.
b.
Gunting pangkas untuk memotong entris agar lapisan
kambium tidak rusak.
c.
Tali rafia digunakan untuk mengikat entris yang telah
diletakkan pada tapak pohon hingga benar-benar kuat dan tumbuh pada batang
utama
d.
Plastik transparan yang spesialis digunakan untuk
menutup sambungan entris agar terhindar dari gangguan hujan, angin, binatang
dan serangga. Plastik berguna juga untuk menjaga kelembaban dan suhu yang
stabil. Ukuran plastik berkisar 18 x 28 cm dengan tebal 0,01 mm (plastik
Malaysia).
2. Persiapan
Batang bawah harus dalam kondisi sehat dan prima, sehingga kambium mudah dibuka setelah selesai digores (torehan). Apabila tanaman tidak dalam kondisi baik, maka perlu dilakukan pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama/penyakit agar tanaman sehat sebelum sambung samping. Pemupukan sebaiknya dilakukan satu bulan sebelum sambung samping dilakukan agar tanaman sehat dan tersedia cukup kambium pada batang dengan dosis 150 – 200 gr/pohon.
Pilih pohon terbaik yang berproduksi dan berkualitas tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit serta beradaptasi terhadap lingkungan. Cabang yang tumbuh horizontal (plagiotrop) ideal untuk dipilih atau digunakan untuk sambung samping (entres). Umur cabang diperkirakan 3 bulan dengan warna kulit cabang coklat kehijauan kira-kira berdiameter 0,75 sampai 1,5 cm. Buang daunnya dengan menggunakan gunting pangkas dan potong menjadi beberapa bagian dengan panjang masing-masing 12 cm dan memiliki 2 – 3 mata tunas. Apabila entris diambil/dibawa dari tempat yang jauh (2 – 4 hari) perjalanan maka perlakuan khusus diperlukan agar tetap segara antara lain: (1) Potong cabang plagiotrop dengan panjang antara 30 – 40 cm, buang daunnya dengan gunting pangkas atau pisau okulasi yang tajam dan bersih; (2) Bungkus tiap potongan dengan pelepah pisang atau kertas koran agar tidak saling bersentuhan, letakkan secara hati-hati dalam kotak (kardus), dan hindari dari tumpukan benda lain agar mata tunas tidak rusak; (3) Percikkan air secukupnya pada kertas koran agar tetap lembab; (4) Perlakuan ini dapat menjaga kesegaran entris hingga 4 hari.
3. Teknik
Sambung Samping dan Pemeliharaannya
Pilih bagian yang cocok pada pohon
dengan tinggi 45 – 75 cm dari pangkal pohon untuk posisi sambung samping
(tempat entris). Buatlah dua irisan (torehan) dari atas batang menyerupai kaki
segitiga sama kaki atau huruf V terbalik dengan panjang kaki (sisi) 7 – 10 cm
dengan lebar 2 – 4 cm. Pastikan kedua sisi irisan mengenai lapisan kambium pada
kulit kayu yang dinamai “tapak”.
Buatlah tempat meletakkan
entris dengan cara menarik ujung bagian atas torehan
tadi dengan pisau okulasi secara hati-hati, perlahan dan rapi agar lapisan
kambium terlihat, lalu potong ujung segitiga sama kaki 3-5 cm.
Sayat ujung entris pada satu sisi 3 –4,5 cm dan sisi
belakangnya 1 – 2 cm, kemudian masukkan bagian sisi yang disayat panjang ke
dalam goresan segitiga (tapak) menghadap lapisan kambium dengan sayatan
menempel tepat pada “tapak" ikat rapat goresan dengan tali
rafia.
Tutup sambungan dengan plastik
transparan spesialis (plastik Malaysia) dengan mengikat bagian bawah goresan
terlebih dahulu dengan tali rafia, lalu diteruskan melewati entris, kemudian
kita ikat bagian atas dengan baik, agar air hujan tidak mudah masuk.
Pastikan plastik tidak menekan entris, agar tidak renggang terhadap
kambium. Ulangi langkah serupa untuk sambungan kedua dengan jarak 30 cm
pada sisi yang berlawanan.
Entres yang telah disambung, setelah 3 – 4 minggu
penyambungan entres tampak segar, maka dapat dikatakan sambungan berhasil,
sebaliknya apabila entris kering atau busuk, maka sambungan dinyatakan gagal.
Jika tunas entres tumbuhnya mencapai 2 – 3 cm, tutup entres dibuka secara
bertahap, yaitu pada kerudung bagian atas kantong plastik disobek. Dua bulan
kemudian setelah penyambungan entres sudah melekat erat dengan batang bawah,
maka tali pengikat baru dapat dilepas.
4. Pemeliharaan
sambungan
Pemeliharaan sambungan umur 1 – 12 bulan yang perlu
dilakukan adalah Buka tutup plastik bagian atas setelah 25 – 28 hari
sesudah penyambungan, agar tunas baru dan entris dapat tumbuh dengan baik;
1. Biarkan
ikatan bawah tunas entris 14 – 28 hari kemudian, hingga sambungan cukup kuat
menempel pada pohon utama (batang bawah);
2.
Kemudian bukalah ikatan secara bertahap dan hati-hati
agar tidak mengganggu pertumbuhan dan merusak sambungan,
3.
Pada umur 1 – 2 bulan sesudah penyambungan dipupuk
dengan urea 150 – 200 gr/pohon atau sesuai rekomendasi setempat, guna
merangsang pertumbuhan tunas;
4.
Setelah 3 – 6 bulan pemeliharaan rutin dilakukan yaitu
pemangkasan batang utama guna memberikan sinar matahari yang cukup bagi
sambungan;
5.
Setelah satu tahun batang utama dipotong dengan jarak
50 – 75 cm di atas sambungan, agar pertumbuhan sambungan tidak terhambat.
5.
Perawatan Tunas Hasil Sambungan
Tunas muda
hasil sambungan yang baru tumbuh kondisinya masih lemah, untuk itu diperlukan perawatan-perawatan sebagai
berikut:
1.
Sementara untuk pertumbuhannya diperlukan penyinaran
yang cukup.
2.
Membuang tunas air yang tumbuh disekitar batang.
3. Batang atas
hasil sambungan tersebut yang tumbuhnya menggantung ke bawah diusahakan agar
pertumbuhan-nya mengarah ketas, misalnya diberi tali yang diikatkan ke batang
bawah.
4. Tiga bulan
setelah pelaksanaan sambung samping, bagian tajuk batang bawah yang menaungi
batang atas dipangkas secara bertahap (disiwing) yaitu lebih kurang setengah
bagian tajuk batang bawah.
5. Siwingan
dilakukan berdasarkan kondisi batang bawah, misalnya batang bawah yang umurnya
kurang dari 5 tahun, dimana kanopinya belum saling menutupi tidak perlu
disiwing.
6. Batang bawah
dipotong total, apabila batang atas sudah tumbuh kuat atau sudah mulai berbuah.
Arah potongan miring pada ketinggian 60 – 90 cm diatas pertautan, kemudian luka
bekas potongan dioles dengan obat penutup luka atau dengan abu dapur.
D.
Keuntungan
Teknik Sambung Samping
Perbanyakan
dengan teknik sambung samping memiliki kelebihan antara lain hasil cepat
diperoleh, pertumbuhan bibit memiliki vigor yang baik, dan serangan hama dan
penyakit relatif rendah. Disamping itu penggunaan bahan tanam vegetatif yang
berasal dari klon-klon kakao yang sudah teruji keunggulannya akan lebih
menjamin produktivitas dan kualitas biji kakao yang dihasilkan (Prawoto et al.,
2004). Metode perbanyakan tanaman kakao dengan metode sambung merupakan teknik
perbanyakan yang paling sederhana dan prosesnya singkat (Prawoto, 2008).
Penyambungan dapat dilakukan pada fase
pembibitan maupun tanaman dewasa di lapangan dengan metode sambung samping
(Alnopri, 2005). Rehabilitasi dengan cara sambung samping menggunakan klon-klon
produktivitas tinggi sebagai batang atas atau entres pada kakao rakyat
merupakan alternatif rehabilitasi yang cepat dan murah.
Sambung
samping dapat juga digunakan untuk memperbaiki tanaman yang rusak secara fisik,
menambah jumlah klon dalam populasi tanaman, mengganti klon, dan pemendekan
tajuk tanaman. Jika dibandingkan dengan sambung pucuk, maka sambung samping
memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi karena batang bawah masih memiliki
tajuk yang lengkap, sehingga proses fotosintesis untuk menghasilkan zat-zat
makanan dapat berlangsung dengan baik. Sambung samping dengan menggunakan klon
unggul di Kolaka, Sulawesi Tenggara dapat meningkatkan produksi kakao dari 520
kg/ha/tahun menjadi 2.500 kg/ha/tahun atau meningkat 381% .
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Sambung
samping tanaman kakao adalah teknik menyambungkan batang atas (entres)
yang diperoleh dari tanaman induk unggul ke batang bawah tanaman kakao yang
memiliki produktivitas rendah.
2. Teknik
sambung samping dilakukan dengan menyambungkan bagian pucuk/entres yang berasal
dari klon/bibit unggul dengan bagian bawah batang tanaman kakao yang biasanya
telah berumur tua. Tingkat keberhasilan sambungan dipengaruhi oleh jenis entres
yang digunakan.
3. Keuntungan
dari teknik sambung samping antara lain efisien waktu, murah, dan produktivitas
tinggi. Karena dengan rehabilitasi tanaman kakao dengan teknik sambung samping
waktu yang dibutuhkan untuk tanaman kakao berbuah relatif singkat dibanding
dengan peremajaan tanaman kakao. Tanaman juga dihasilkan dari gabungan dua
sifat unggul sehingga produktivitasnya tinggi.
B.
Saran
Kondisi kebun petani yang rusak dan
tua menjadikan rehabilitasi sebagai solusi yang layak diterapkan. Sambung
samping merupakan teknologi yang murah, mudah diterapkan, dan dapat
meningkatkan pendapatan petani sehingga menjadi salah satu pilihan dalam
program rehabilitasi tanaman kakao. Dengan sambung samping petani masih bisa
mendapatkan hasil dari batang bawah yang masih berbuah sebelum entres tumbuh
dengan baik. Kompatibilitas entres dan batang bawah, lingkungan dan nutrisi
pada tanaman kakao menjadi penentu keberhasilan sambung samping.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. “Syarat Tumbuh Tanaman Kakao”. http://pertanian457.blogspot.com/2011/11/syarat-tumbuh-tanaman
kakao.html.
Diakses pada Tanggal 1 September 2016.
Limbongan,
Jermia. 2010. “Teknologi Sambung Samping pada Tanaman Kakao”. http://sultra.litbang..pertanian.go.id. Diakses pada
Tanggal 1 September 2016.
Komentar
Posting Komentar